-->

Bilal Yang Berpegang Teguh Kepada Keimanan


Saiyidina Bilal (berkulit hitam) adalah di antara 7 orang yang pertama menyatakan keIslaman secara terangan terangan meskipun diancam oleh kafir musyrik. Apabila mengetahui hambanya, Bilal telah memeluk Islam, tuannya telah menyiksa Bilal dengan memakaikan baju besi dan kemudian dijemur di padang pasir yang sangat panas. Ketika ditanya tentang  agamanya, Bilal tetap mengatakan 'Ahad! Ahad!' (Allah Yang Esa, Yang Esa).

Bilal kemudian diseret hingga ke lereng-lereng gunung tetapi Bilal tetap mengatakan 'Ahad! Ahad!'. Imannya tidak bergoncang sedikitpun. Melihat tidak apa perubahan yang terjadi dalam diri Bilal, mereka kemudian menambah siksaan dengan meletakkan batu besar di atas badannya yang terjemur di tengah panasnya matahari. Namun tiada ucapan lain yang keluar dari mulut Bilal kecuali 'Ahad! Ahad!' Bilal rela mati daripada menukar pegangan agamanya yang haq kepada yang bathil.

Apabila Saiyidina Abu Bakar diberitahu tentang siksa yang dialami oleh Bilal, Abu Bakar terus berjumpa Umaiyah yang sedang menyiksa Bilal dan kemudian meminta Bilal dibebaskan. Sebagai ganti Abu Bakar menyerahkan seorang hamba hitam yang lebih kuat sebagai tebusan. Sebaik saja ditebus, Saiyidina Abu Bakar pun membebaskan Bilal dari perhambaan.



Iman yang kental dan pegangan aqidah yang kukuh tidak dapat digugat sekalipun diseksa dengan pelbagai seksaan.
Kemanisan iman tidak ada tolong banding di dunia dan akhirat.
Allah tidak melihat kecantikan fizikal seseorang tetapi yang paling utama ialah kecantikan hati.
Allah mempertingkatkan tahap atau darjah keimanan seseorang, dengan mengenakan ujian dan cubaan.
Selagi tidak diuji dengan kesusahan, tahap keimanan belum dapat dipastikan kebenarannya.
Bertambah kuat iman seseorang, bertambah hebat ujian yang Allah kenakan ke atasnya.
Ujian dan bala yang dikenakan ke atas seseorang bukan bererti Allah membencinya, sebaliknya ia adalah satu rahmat untuk meninggikan darjatnya di sisi Allah.
Bala sebenarnya bukan 'bala' tetapi adalah satu nikmat yang patut disyukuri.
Kekayaan dan kesenangan hidup belum tentu menjadi satu nikmat, bahkan ia satu cubaan/bala untuk menguji sama ada kita mensyukuri Allah atau sebaliknya.

0 Response to "Bilal Yang Berpegang Teguh Kepada Keimanan "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel